Berkahnya Mengasuh Anak Yatim

Siapakah anak yatim itu?

Dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idi berkata, Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Aku dan pengasuh anak yatim di syurga seperti ini,”seraya mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya, serta merenggangkan sedikit di antara keduanya.” (HR.Al-Bukhori)

Lafazh Al yatiim adalah anak kecil (belum baligh) yang ditinggal mati oleh ayahnya. Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada yatim setelah baligh”. Ash-shohihah : 3180

Lafazh ini berikut bentukan kata darinya diulang-ulang sebanyak 23 kali dalam Al-Qur’an, yakni 17 kali dalam ayat-ayat Madaniyah dan 6 kali dalam ayat-ayat Makiyyah, yang tersebar dalam 12 surat. Baik anak yatim kaya maupun yang miskin, mereka membutuhkan pengasuhan dilihat dari dua sisi:

  1. Sisi Pendidikan, Pengasuhan, dan Perlindungan.

Ajaran Islam mendorong ummatnya  untuk mengobati “luka bathin” anak-anak yatim. Dalam Islam, mereka diperlakukan dengan baik, sehingga jiwanya tidak terguncang karena kehilangan sosok ayahnya. Mereka masih dapat merasakan sosok pengganti ayah yang melindunginya, memperkuat tekadnya, dan memenuhi apa-apa yang mereka inginkan. Mereka tidak merasa kehilangan, kesepian, terkucilkan di masyarakat, yang tekadang dapat menyebabkan penyimpangan tabiat mereka menjadi cenderung berontak dan kriminal.

  1. Sisi Pemenuhan Materi

Islam mengajarkan memberi makan kepada anak yatim, menanggung biaya hidupnya, pakaianya, dan kebutuhan-kebutuhan lainya.

Kedua sisi ini merupakan bentuk taqorrub yang sangat bernilai di sisi Allah Azza wa Jalla. Bahkan Allah Ta’ala menjadikannya sebagai salah satu mitsaq (perjanjian yang kuat) terhadap kaum terdahulu, sebagaimana dalam firman-Nya:

Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu

Login