H-13 Hari Raya Idul Adha!!Mari Memahami Makna Idul Adha

Marhaban ya Idul Adha,

Ungkapan inilah yang patut diucapkan perta makali sebagai ekspresi religiutas keIslaman seorang Muslim atas datang dan dipertemukan kembali pada momentum penting dalam tradisi Islam, yakni Idul Adha 1443 H tahun ini. Selanjutnya, seorang Muslim mesti dapat membaca atas makna dan mengambil hikmah di balik setiap momen penting yang datang sebagai pelajaran hidup yang sedang dijalani.

Meski dalam Islam, terdapat banyak momentum penting yang mesti juga dipetik hikmahnya, namun selama dalam satu tahun, hanya terdapat dua hari raya yang disyari’atkan dalam Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Dengan demikian, Idul Adha selain harus diperingati sebagai peristiwa penting, umat Islam juga harus mampu membaca dan mengambil hikmah dari hari raya ini.

Idul Adha, sebagai momentum penting bagi kehidupan umat Islam, sebab hari raya satu ini memiliki nilai historisitas tinggi atas bangunan Islam awal. Idul Dimana, Idul Adha jatuh sehari setelah hari Arafah (tanggal 9) tepatnya tanggal10 bulan Dulhijjah. Sejarah mencatat bahwa hari Arafah pada saat Nabi melakukan haji yang kemudian disebut haji perpisahan (wada’) merupakan haridimana wahyu untuk terakhir kalinya diterima, yakni QS. Al Maidah : 3. ayat initurun pada tahun 10 Hijriyah.

Wahyu tersebut berbicara mengenai berita dari Allah SWT yang telah menyempurnakan agama Nya yang diterima melalui Rasulullah MuhammadSAW dan sekitar 81/82 hari setelah menerima ayat ini, Nabi wafat. Terlepas dari takdir Allah, Abu bakar telah merasa sejak diturunkannya ayat tersebut bahwa Nabi tidak lama lagi akan meninggal, makanya Abu Bakar satu-satunya sahabatyang menangis ketika mendengat ayat tersebut, disaat para sahabat lainnya bergembira karenanya. Karena paralelnya tempo Idul Adha dan ayat terakhirtersebut, maka Idul Adha sering disebut sebagai

‘Hari Raya Peletakan BatuTerakhir Bangunan Islam’.

Sedangkan Idul Fitri disebut sabagai

‘Hari RayaPeletakan Batu Pertama Bangunan Islam’,

karena ia jatuh setelah bulan Ramadlan,dimana untuk pertama kalinya pada bulan itu, al Qur’an diturunnkan kepadaNabi SAW.

Selain hikmah sejarah Islam yang mesti diperingati karena bangunan Islam yang kita yakini sebagai agama yang telah disempurnakan dan telahsempurna di muka bumi, Idul Adha juga mengandung hikmah-hikmah penting

lain, yakni sebagai momentum berkurban dan momentum bahwa hidup harus diperjuangkan di bawah lindungan    Ilahi.Karena itu, Idul Adha di kenal sebagai Hari Raya Kurban ( Idun Nahr ) hari dimana dianjurkan menyembelih binatang sebagai Kurban sebagai ungkapan syukur kepada Allah sehingga dilarang berpuasa dan Hari Raya Haji, sebagai tonggak seorang muslim menyempurnakan keIslamannya, karena Haji merupakan rukun Islam terakhir yang disyari’atkan. Dengan demikian, IdulAdha menyandang dua gelar hari raya sekaligus, yakni Hari raya Haji dan Hariraya Kurban.Istilah kurban yang kita kenal dalam bahasa Indonesia, berasal daribahasa Arab

Qurban (Qurb) yang berarti dekat. Ia mendapatkan imbauan‘an yang mengandung arti tam (kesempurnaan). Sehingga Qurban berarti‘kedekatan yang sempurna’. Kata ini ditemukan dalam al Qur’an sebanyak 3kali; QS. Ali Imran: 183, al Maidah : 27, dan al Ahqaf: 28. Disampingmenggunakan kata Qurban, al Qur’an juga menggunakan kata Nahr (menyembelih hewan ternak sebagai kurban) dalam QS. Al Kaustar:2. olehkarena itu, Idul Adha juga disebut dengan Idun Nahr Sebenarnya, dalam bahasa agama,semula Qurban, dimaknai sebagaisegala aktivitas dan sarana yang dibenarkan untuk digunakan sebagaipendekatan diri kepada Allah. Oleh karena itu, segala kegiatan yang diorientasikan untuk mendekatkan diri seperti sodaqah, salat, dzikir dan sebagainya sering dinamakan dengan taqarrub.

Lalu mengapa saat ini yang disembelih adalah hewan ternak?. Tradisi berkurban sebenarnya ada dalam setiap tradisi manusia. Namun dalam prakteknya sering kali berlawanan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT seperti mempersembahkan wanita, memotong kepala manusia, mempersembahkan sesuatu selain kepada Allah semisal berhala sebagaimana tradisi manusia tempo dulu atau melakukan kurban hanya untuk sebuah perayaan sebagaimana diceritakan dalam konteks Habil dan Qabil;dimana Habil mempersembahkan domba terbaik, sementara Qabil mempersembahkan tumbuh-tumbuhan yang kualitasnya rendah sehinggakurban Qabil yang diterima (QS. Al maidah : 27) . untuk itulah, Islam mensyariatkan agar Kurban dilakukan dengan cara tidak melawan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT.Maksudnya, bahwa Kurban selayaknya dilakukan dan dimaksudkan dengan beberapa prinsip :

1) kurban dimaksudkan untuk kembali mendekatkandiri kepada Allah (taubat) setelah melakukan kesalahan dan tidak mentaati ketetapan-ketetapan Allah SWT. Hal ini bisa dimengerti dari konteks Adam danHawa (QS al A’raf : 19) yang melakukan kurban dalam rangka menebus kesalahan yang telah diperbuat. Untuk menebus kesalahan perlu melakukanpengorbanan;

2) Kurban selayaknya tetap dimaksudkan untuk peningkatanTaqwa, lillahi Ta’ala, ikhlas; bukan untuk pesta pora, hura-hura, pamer dannafsu. Untuk itulah, berkurban harus tidak melanggar ketentuan Allah,

Sc :)Ahmad Muthohar thoharardha@gmail.com IAIN Samarinda

 

Login